KELAPA DUA, Tangerang – Hari ini menjadi hari spesial untuk seluruh ayah di Indonesia. Karena tepat 12 November setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ayah Nasional. Tentu, tidak perlu hari khusus untuk kita semua bisa mengungkapkan rasa cinta dan terima kasih pada ayah. Tapi setidaknya hari ini menjadi mimen yang tepat untuk bisa kembali mendalami makna kehadiran ayah di kehidupan kita masing-masing.

Termasuk Annas Fitranto, kiper Persita yang juga memiliki hubungan sangat erat dengan sang ayah, Hendry Subagyo, yang kebetulan juga berprofesi sebagai mantan kiper dan kini pelatih kiper di klub sepak bola di Timor Leste. Memeringati Hari Ayah Nasional, ingatan Annas kembali ke masa kecil saat ayahnya memperkenalkannya pada sepak bola. “Kalau masih kecil banget tuh masih ingat sering diajak sama Ayah ke lapangan, dikenalin sama sepak bola. Tapi enggak diajak latihan, cuma diajak ke lapangan, main-main. Ayah kalau enggak melatih, ya main. Dulu waktu SD sampai SMP juga, ayah kan udah melatih tim profesional. Jadi dulu itu sering diajak ke mess tim. Terus dikenalin sama pemain-pemain bola zaman dulu. Senang aja dulu bisa ketemu pemain besar, punya nama, jadi kayak punya kesan sendiri,” kenang Annas.

Terpesona dengan sosok ayahnya yang berprofesi sebagai kiper, Annas kecil pun memiliki cita-cita serupa yang kini sudah terwujud, menjadi kiper profesional. “Sosok ayah yang bikin saya pengin jadi kiper. Karena dulunya ayah saya juga kiper. Waktu masih muda juga dia jadi kiper. Sampai sekarang pun dia masih jadi pelatih kiper. Itulah alasan saya. Saya juga pengin jadi kiper kayak ayah saya. Ya mudah-mudahan saya bisa melebihi prestasi ayah saya dulu. Yang penting saya bisa bikin bangga ayah, ibu dan keluarga saya dengan prestasi yang saya raih di sepak bola,” tambah pemain kelahiran 6 April 1994 ini.

Pengaruh ayah di karier Annas tak dipungkiri sangat besar. Bahkan sampai saat ini pun, ayah menjadi evaluator terbaik di setiap penampilan Annas di lapangan. “Kalau Ayah biasanya kalau saya pas pertandingan, saya dievaulasi sendiri. Itu berjalan dari dulu, pertama profesional sampai sekarang, saya tetap dievaluasi sama ayah saya,” kata Annas yang juga mengakui memiliki banyak kemiripan sifat dengan ayahnya, di luar kesamaan profesi.

“Yang pertama, saya keras, Ayah juga keras. Ayah saya emosian, saya juga. Kadang enggak bisa berpikir panjang kalau sudah panas, emosi di lapangan, di suatu pertandingan, kalau sudah emosi itu benar-benar meluap-luap. Tapi saya murah senyum, itu sama kayak ayah saya. Terus, humble. Ayah saya juga humble sama semua teman-temannya. Saya juga sekarang begitu ternyata. Ya ada baiknya ada buruknya. Tapi semua pelajaran untuk saya ke depannya. Yang bagus saya teruskan, yang jelek saya berusaha untuk tinggalin, enggak saya tiru.”

Di Hari Ayah Nasional ini pun, Annas mengingat beberapa keinginan dan mimpi sang ayah yang belum bisa diwujudkannya saat ini. Salah satunya adalah memiliki dan mengelola sekola khusus penjaga gawang untuk bisa membina kiper-kiper muda nantinya. “Yang kedua, ayah dan ibu saya pernah bilang pengin lihat saya pakai baju timnas, main di Gelora Bung Karno. Jadi itu yang pengin saya wujudin,” ungkap pemain bernomor punggung 1 di Persita ini.

Annas pun tak lupa berterima kasih atas segala yang sudah diberikan sang ayah hingga dirinya bisa menjadi seperti sekarang ini. “Saya tahu perjuangan ayah saya dari saya SSB, Diklat, main bola dulu enggak punya apa-apa sampai sekarang, saya tahu peran orang tua seperti apa. Saya pengin ucapin terima kasih banyak yang sudah dikorbankan untuk saya, yang sudah diberikan untuk saya. Saya tahu belum bisa balas apa-apa sampai sekarang, tapi saya selalau pengin bikin dia bangga dengan apa yang saya kerjakan di sepak bola. Semoga ayah saya diberikan kesehatan, umur panjang dan masih bisa melihat saya sukses di sepak bola. Dan juga selamat Hari Ayah Nasional untuk semua ayah di Indonesia.”